Mengapa kita bantu palestina ?

Sisi Lain Fakta Sejarah Kemerdekaan Indonesia,
namun sayang masih ada saja komentar anak bangsa ini yg mengatakan
"Ngapain Sih Mendukung Palestina"
dan komentar menarik dari majalah TIME
....dengan kebangkitan Nasionalisme- Islam di Asia dan Dunia Arab.
"Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di
Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk
membebaskan diri dari Eropa."

Ngapain sih mendukung Palestina?
Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir,
Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan
terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina
diserang. Ngapain sih mendukung Palestina?
Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita
bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah,
dan juga karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak
berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari.
Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia
malah berhutang dukungan untuk Palestina.
Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada
17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure)
sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari
bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan
dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa
berdaulat.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina
dan Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di
Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan
Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata
sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M.
Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI
ketika buku ini diterbitkan) , dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam
bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan
nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara
lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini
-mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:
".., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan
'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan
diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami,
bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang
disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan,
bahkan harian "Al-Ahram" yang terkenal telitinya juga menyiarkan." Syekh
Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga
berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan
Indonesia" dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut
tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat
dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta
benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang
Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia ,
Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang
spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda
bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan
perjuangan Indonesia .."
Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan
RI pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang
disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI
untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan
negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan &
pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.
Dukungan Mengalir Setelah Itu
Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia menjadi
sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk 'Panitia
Pembela Indonesia '. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga
internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu
Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.
Di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada
Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Ketika terjadi serangan Inggris
atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya
, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya
Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan
masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dlm
pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum
Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat
kapal "Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah
sampai di Port Said.
Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah-putih -tanda
solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau
blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai
air & makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda yang berupaya
melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan. Kemudian motor boat
besar pengangkut logistik untuk "Volendam" bergerak dengan dijaga oleh
20 orang polisi bersenjata beserta Mr. Blackfield, Konsul Honorer
Belanda asal Inggris, dan Direktur perusahaan pengurus kapal Belanda di
pelabuhan. Namun hal itu tidak menyurutkan perlawanan para buruh Mesir.
Wartawan 'Al-Balagh' pada 10/8/47 melaporkan:
"Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar
itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang
kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan
motor-boat besar itu kejuruan lain."
Melihat fenomena itu, majalah TIME (25/1/46) dengan nada salib
menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme- Islam di Asia dan
Dunia Arab. "Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia
seperti di Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya
untuk membebaskan diri dari Eropa."
Melihat peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia yang
saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan peran
bangsa bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu perdjoeangan
kita..(Lihat foto bung Hatta, Hj Agus Salim, Mufti Palestina, dan
pemimpin Mesir di attachement supaya kita kenal wajah wajah dari tokoh
pembela Indonesia ini)
Statement Tokoh dalam buku ini:

Dr. Moh. Hatta
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Karena dengan
pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup
bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu
dilakukannya di masa-masa yang lampau."

A.H. Nasution
"Karena itu tertjatatlah, bahwa negara-2 Arab jang paling dahulu
mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknja ke Jogja dan
jang paling dahulu memberi bantuan biaja bagi diplomat-2 Indonesia di
luar negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia, Jemen, memelopori
pengakuan de jure RI bersama Afghanistan dan Iran Turki mendukung RI.
Fakta-2 ini merupakan hasil perdjuangan diplomat-2 revolusi kita. Dan
simpati terhadap RI jang tetap luas di negara-2 Timur Tengah merupakan
modal perdjuangan kita seterusnja, jang harus terus dibina untuk
perdjuangan jang ditentukan oleh UUD '45 : "ikut melaksanakan ketertiban
dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial".

"Perumpamaan kaum muslimin yang saling kasih mengasihi dan cinta
mencintai antara satu sama lain ibarat satu tubuh. Jika salah satu
anggota berasa sakit maka seluruh tubuh akan turut berasa sakit dan
tidak dapat tidur." (HR Bukhari)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Historia Vitae Magistra. Design by Templateezy