Indahnya Cinta Abu Dzar Al-Ghifary

Lembah Waddan adalah sebuah area penting yang terletak antara Mekah dan Syam, karena merupakan jalur perlintasan kafilah dagang yang strategis. Di lembah itulah tinggal suku Ghifar yang terkenal. Mereka hidup dari “pajak” yang dipungut pada setiap rombongan kafilah yang melintas, bahkan tak segan merampok kafilah yang tidak membayar sesuai ketentuan yang mereka tetapkan.Pada suatu masa, ada salah seorang anggota suku Ghifar yang mengalami kegelisahan luar biasa karena mendengar selentingan berita tentang nabi baru di kota Mekah. Jundub bin Junadah, nama anggota suku itu yang kemudian dikenal sebagai Abu Dzar, merasakan kegelisahan itu begitu bergelora sampai akhirnya mendorong dirinya berangkat ke Mekah untuk mendatangi langsung sumber beritanya. Singkat cerita, datanglah Abu Dzar ke kota Mekah dan langsung jatuh cinta dengan ajaran Muhammad pada pertemuan pertama.

Dokumentasi Surat Rasulullah SAW

Stempel Surat Rasulullah saw 

Pada masa awal setelah diangkat sebagai utusan Allah (Rasulullah) Nabi Muhammad Saw membangun komunikasi dengan para pemimpin suku dan pemimpin negara lain. Beliau dengan mengirim utusan yang membawa surat ajakan masuk Islam.

Korespondensi melalui surat dilakukannya antara lain dengan Heraclius (kaisr Romawi), Raja Negus (penguasa  Ethiopia), dan Khusrau (penguasa Persia).

Surat untuk Raja Romawi, Heraklius:

Rasulullah Saw mengirim surat kepada Heraclius, Raja Romawi yang dibawa oleh Dihyah al-Kalbi. Ia menyerahkannya kepada penguasa Bushra dan mengantarnya kepada Heraclius. Bunyi teksnya adalah sebagai berikut:

“Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusanNya, kepada Heraclius Raja Romawi. Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk.

Situs Kerajaan Majapahit Kembali Ditemukan di Mojokerto

Mojokerto - Sebuah situs diduga peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di Desa/Kecamatan Turi, Mojokerto. Temuan ini langsung membuat geger warga sekitar. Situs yang ditemukan Suprapto (52) dan Ki Wiro Kadek (42) masih berupa gundukan batu bata yang berada di lahan pertanian.

Dari pengamatan detiksurabaya.com di lokasi, Minggu (2/1/2011) situs Majapahit ini berada di lahan pertanian seluas 25 x 20 meter milik Suprapto. Penemuan ini berawal dari kegiatan Suprapto yang kesehariannya sebagai seorang petani.

Menurutnya, tiap dirinya mencangkul di sawah selalu menemukan potongan batu bata. Namun dirinya tidak menyangka jika batu bata berukuran 22x35x5cm tersebut merupakan situs peninggalan Majapahit.

Karena penasaran, Suprapto kemudian meminta tolong kepada Ki Wiro kadek, seorang sesepuh warga untuk melihat apakah lahan pertaniannya benar-benar pernah ditinggali peninggalan Majapahit.

"Setelah dilakukan penerawangan mata batin, Minggu pagi kita putuskan digali," ujar Ki Wiro Kadek, Ketua Pondok Tlasih 87 kepada detiksurabaya.com di lokasi.

Setelah digali mulai pukul 08.00 WIB dibantu 30 orang, 1 jam kemudian dengan kedalaman 50 cm, lahan sawah tersebut ditemukan tumpukan batu bata menyerupai bekas bangunan rumah diduga milik petinggi Majapahit.

Sementara Kusmanto, salah seorang staf pusat informasi Majapahit di Mojokerto mengatakan jika temuan warga ini bisa jadi memang peninggalan Majapahit, jika dilihat dari ukuran batu bata.

"Tapi kita masih perlu meneliti lagi. Kalau sudah diteliti baru bisa kita pastikan," tambahnya.

Selain ditemukan batu bata, warga juga menemukan pecahan-pecahan keramik yang bermotif. Meski begitu belum diketahui jenis pecahan keramik tersebut, yang kini sudah diamankan di rumah Suprapto. Warga terus berdatangan dan melihat lokasi dari dekat.

Lokasi area penemuan itu juga telah dipolice line oleh polisi. Sebelum menggali warga sudah meminta izin pihak kepolisian Polsek Turi, koramil dan Camat Turi.

 
Copyright © Historia Vitae Magistra. Design by Templateezy