Katakan Dengan Jilbab

Mira, gadis itu biasa dipanggil. Manis, dan memang kembang kampus. Makin manis dan anggun saat gadis ini memilih mengenakan jilbab. Mira bisa mengenakan jilbab merupakan surprise tersendiri, lho. Sebab, selain keputusan “kontroversialnya� yang bikin geger seisi kampus, doi juga kena semprot keluarganya. Berat nian memang perjuangannya. Di kampus geger, di keluarga juga penghuninya bagai pada kebakaran jenggot. Di kampus, anak-anak cowok jadi nggak bisa lagi liat makhluk manis bernama Mira yang biasanya tampil bak peragawati. Di rumah, keluarganya sempat kaget dan terbengong-bengong. Termasuk kakaknya yang super cerewet dan sok ngatur.

Wuih, itu Mita, kakaknya Mira, pake uring-uringan segala. Mulutnya nggak berhenti menggerutu kalo kebetulan Mira ada di rumah. Seluruh isi keranjang sampah, eh omongan keluar dari mulut kakaknya itu. Dibilangin sok alimlah, disebut sok idealislah, fanatiklah, kunolah, dan seabreg sebutan berbau sinis lainnya.



Mira? Ah, easy going aja tuh. Pikirnya, anggap aja gerutuan kakaknya itu kayak radio butut. Percuma dilayani juga, nggak bakalan ada abisnya. Dilayani malah bikin kesel aja, karena seringnya tulalit alias kagak nyambung. Keputusan Mira memakai busana muslimah adalah karena alasan syariat, sementara Mita masih betah berdandan ala kadarnya dengan alasan modern. Nggak nyambung kan kalo dilayani juga? Apalagi kalo kemudian nggak menerima kebenaran, pengennya malah nyari pembenaran. Walah, bahaya itu!

Akhirnya, Mita tetap aja konsisten berpenampilan kuno—meski menurutnya modern. Liat aja, walaupun pakaiannya mahal-mahal, tapi nggak ada yang bisa menunjukkan bahwa itu disebut “pakaian�. Saat pesta misalnya, Mita biasa bergaun leher V rendah alias breast-less. Di kesempatan lain, Mita mengenakan gaun yang bolong di sekujur punggungnya alias backless. Waktu ngeceng di mal aja, Mita dan kawan-kawannya nggak malu dan ragu untuk mengenakan gaun yang bagian atasnya; muka-belakangnya mlompong alias topless. Bisa-bisa nanti malah kayak gaya dandannya Madonna yang acapkali nir-busana. Nah, yang terakhir ini namanya mules alias masuk angin.

Aduh, ini memang masalah, Non. Suer, yang bergaya dandan begitu bukan cuma Mita, yang kakaknya Mira itu, tapi siapa tahu di antara teman-teman puteri yang lain banyak yang melakukannya. Buktinya kalo ada pesta, yang muncul adalah dandanan yang persis di jaman pithecanthropus, atau yang kayak di film Mr. Flinstone. Ya, zaman purba!

Ini salah satu contoh lho, betapa perjuangan untuk meraih kemuliaan emang suka berat, apalagi di tengah masyarakat yang memuja kebebasan. Sebelum Mira, malah ada banyak pendahulunya yang merasakan “pengasingan� segala. Kalo kamu buka file-file berita koran—kira-kira sepuluh tahun yang lalu, insya Allah akan menemukan tentang kasus pelarangan siswi berjilbab di sekolah-sekolah umum. Ya, itu terjadi kira-kira akhir tahun 1980-an. Wah, mungkin di antara kamu ada yang masih SD ya? Nah, saat itu, kakak-kakakmu harus berjuang mati-matian supaya tetap memakai busana muslimah ini ke sekolah. Meski pihak sekolah juga nggak kalah ngototnya dalam melarang. Ujungnya, karena pihak sekolah menggunakan logika kekuasaan, malah banyak siswi berkerudung yang harus kehilangan kesempatan belajar di sekolahnya.

Dan wajar bila kemudian Cak Nun alias Emha Ainun Najib dalam puisi “Lautan Jilbabâ€?–yang amat panjang itu–menuliskan: “Jilbab adalah keberanian di tengah hari-hari sangat menakutkan, Jilbab adalah percikan cahaya di tengah-tengah kegelapan, Jilbab adalah kejujuran di tengah kelicikan, Jilbab adalah kelembutan di tengah kekasaran dan kebrutalan, Jilbab adalah kebersahajaan di tengah kemunafikan, Jilbab adalah perlindungan di tengah sergapan-sergapan.â€?

Alhamdulillah, di negeri ini belum terdengar lagi kasus yang menghebohkan itu. Kalo ada? Berarti pihak sekolahnya sekular banget. Bener, itu namanya orang yang nggak ngerti aturan Islam. Seperti halnya di Turki—bolehlah disebut negeri Islam paling sekuler, akhir tahun lalu malah melarang busana ini dikenakan oleh para muslimah. Perlu diketahui bahwa di Turki terdapat 25 ribu mahasiswi muslimah yang dilarang belajar karena menolak melepaskan jilbab. Angka itu pernah dilaporkan oleh sebuah organisasi HAM di Turki pada Oktober 2000 lalu. (eramuslim.com 24 April 2001)

Ya, saat ini, jilbab telah menghiasi sudut-sudut kota, kampus, sekolah, bahkan di pasar-pasar. Bener, dibanding sepuluh tahun lalu, jilbab kini sudah marak dikenakan. Maraknya jilbab ini juga secara tidak langsung berdampak baik bagi industri pakaian, lho. Pendek kata, busana muslimah ini udah jadi lahan bisnis baru. Coba aja lihat, perancang-perancang busana seperti Mbak Anne Rufaidah, Mbak Sitoresmi, Mbak Yenny Rachman, termasuk juga Ghea Sukasah ikut meramaikan “pasar� busana muslimah ini. Meski akhirnya kita prihatin juga, sebab mereka kemudian malah mengkaburkan konsep busana muslimah yang telah diatur oleh syariat Islam.

Itu disebabkan, karena para perancang hanya memahami jilbab sekadar mode busana umumnya. Jadi yang ditonjolkan adalah unsur trendi, aksi, dan gaya. Nggak heran pula bila kemudian urusan busana muslimah ini malah ada peragaannya segala. Kacau kan?

Lho emangnya nggak boleh ngadain peragaan busana muslimah? Ya, boleh sih, asal yang nonton para lelaki yang tunanetra sekaligus tunarungu. Kan nggak ada busana braille? Tapi walau bagaimanapun juga, prinsipnya nggak boleh, apalagi konsep busana muslimahnya udah tidak sesuai lagi dengan aturan Islam. Bahaya bin gaswat memang!

Simbol identitas
Ngomongin soal identitas, berarti kita kudu bicara konsep diri. Nah apa sih konsep diri? Menurut Anita Taylor, “konsep diri adalah semua yang Anda pikirkan dan Anda rasakan tentang diri Anda, seluruh kompleks kepercayaan dan sikap tentang Anda, yang Anda pegang teguh.� (Communicating; 1977)

Jangan heran bila kemudian orang berjalan dalam hidup ini sesuai dengan konsep dirinya. Meski adakalanya, konsep dirinya juga suka nggak jelas kemana arahnya. Jadi, dengan adanya konsep diri, biasanya orang akan berperilaku tertentu. Remaja yang merasa hidupnya “ditakdirkan� sebagai outsider atau the no-body’s child, cenderung introvert, menjauhi lingkungannya, cuek, apatis, semau gue. Pokoknya, dunia ini kejam dan aku adalah korbannya. Untuk mendukung konsep dirinya yang seperti itu, ia hobby mendengarkan syair-syair frustrasinya Kurt Cobain, KISS, Black Sabbath, Rolling Stone. Atau “Bunga Manis�-nya Bimbo, yang tergoda rayuan ibukota dan akhirnya bunuh diri (PERMATA, No. 15/Tahun II/Mei 1994)

Atau bagi teman remaja yang merasa “dituliskan� jalan hidupnya sebagai anak metal, kemana-mana menenteng gitar akustik (meskipun nggak paham cord). Musiknya jelas metal; dari mulai metal, speed metal, heavy metal, sampai trash metal. Rambutnya pun gondrong, celana jinsnya belel, jaketnya kumal—dipake terbalik lagi, badannya dipenuhi tato. Jelas, ia berperilaku sesuai dengan konsep dirinya, meskipun salah. Dan dalam pandangan Islam memang disebutkan bahwa perilaku seseorang itu sesuai dengan pemahamannya tentang kehidupan.

Nah, ngomong-ngomong soal jilbab, memang konsep dirinya juga kudu jelas. Sebab, busana, menurut Kefgen dan Touchie-Specht, mempunyai fungsi: diferensiasi, perilaku, dan emosi. Dengan busana, membedakan diri (dan kelompoknya) dari orang, kelompok, atau golongan lain. Dalam hal ini, kamu suka nemuin kan ada orang yang suka tampil beda dengan busana atau aksesoris lainnya. Sekelompok remaja puteri ada yang berani malu untuk memakai busana tang-top kalo keluar rumah. Sebagian yang lain merasa besar kepala bila keluar rumah dengan parfum yang membuat “klepek-klepek� yang menghirup.

Terus, busana juga bisa mengendalikan perilaku, lho. Kalo antum pakai baju koko dan berkopiah, maka antum biasanya rada risih kalo mata harus jelalatan kayak orang mau maling jemuran pas lagi jalan di mal. Begitupun dengan remaja puteri, saat kamu memakai kerudung, maka perilaku kamu nggak bakalan “se-okem� ketika kamu berjins-ria. Ini fakta umum. Apalagi bagi yang udah sempurna berjilbab, nggak bakalan berani berperilaku yang norak, okem, senewen, atau malah urakan dan maksiat.

Lalu, busana juga ternyata bisa berfungsi emosional. Coba aja, saat kamu nonton bola dengan bersegaram klub kebanggaan kamu, “nilai� soraknya lebih berharga. Kamu bisa lihat di televisi, bagaimana para penonton merasa terlibat secara emosi bila mengenakan kaos klub favoritnya. Pokoknya siap “gagah-gagahan�, bila perlu berjuang sampai titik darah yang penghabisan dalam 2 kali 15 menit perpanjangan baku hantam dengan kesebelasan dan pendukung lawan. Juga perhatiin deh, di jalan aja suka ada remaja yang memakai kostum milik klub favoritnya; sepakbola, basket, atau olah raga lainnya. Nah, itu menunjukkan bahwa mereka ingin memberikan emosinya dengan memakai busana itu.

Busana muslimah, jilbab, adalah juga simbol identitas. Simbol pembeda antara yang benar dan salah. Memakai busana muslimah sekaligus merupakan simbol mental baja pemakainya. Gimana nggak, dalam kondisi masyarakat yang rusak binti amburadul ini masih ada orang yang berani tampil dan bangga dengan jilbab. Sebab, di kota-kota besar dan di desa-desa wanita-wanita udah merasa betah berbusana modern yang anti-menutup aurat. Padahal, sebenarnya para wanita “karir� modern itu sedang menutupi kelabilan pribadinya dengan menyandarkan busana? dan dandanannya kepada arus mode. Makanya ia lebih percaya kepada Yves Saint Laurent, Girgio Armani, Versace, Lanvin, Calvin Klein, Ramli, Ghea Sukasah, Poppy Darsono, Itang Yunas, dan yang lainnya yang biasa merancang busana “ala kadarnya dan kuno itu�.

Jadi jelas, di tengah kondisi masyarakat yang memuja kebebasan, di dalam arena kehidupan yang kusut bin suram ini pemakai busana muslimah adalah orang-orang yang bersemangat pantang menyerah. Ia tak gentar melawan kemunafikan, mereka tak takut melawan arus, berani tampil beda dalam kebenaran. Inilah jilbab. Inilah identitas muslimah. Inilah perjuangan mereka melawan hegemoni budaya tak beradab. Dan jilbab menggelorakan emosi: emosi membela Islam, umat, dan dakwahnya. Maka sungguh aneh apabila wanita berjilbab tidak marah kepada Israel, Amerika, dan sekutu-sekutunya yang doyan menghancurkan Islam. Sungguh hueran pula, bila ada wanita berjilbab yang tidak sedih saat membaca berita penderitaan saudara-saduaranya di Ambon. Juga sebaliknya, sungguh tragis ada jilbaber kok sempet-sempetnya histeris nonton Westlife manggung.

Saudaraku, seharusnya, jadikan citra jilbab dalam perspesi sosial umum sebagai kebaikan; sopan, ramah, kalem, tahu agama, alim dan sebagainya. Jadi, seperti kata Kefgen dan Touchie-Specht, bahwa busana adalah “menyampaikan pesan�. Kamu menerima pesan di balik busana orang, kemudian merespon sesuai persepsi sosial kamu.

Pakaian takwa
Islam, sebagai agama yang sempurna memperhatikan pula tentang urusan pakaian. Yang indah itu yang bagaimana, yang sesuai syariat itu yang bagaimana. Semua dijelaskan oleh Islam. Bicara soal pakaian, Allah Swt, telah mengatur dalam firman-Nya:

?????§?¨???†???? ?????§?¯???…?? ?‚???¯?’ ?£???†?’?²???„?’?†???§ ?¹???„?????’?ƒ???…?’ ?„???¨???§?³?‹?§ ?????ˆ???§?±???? ?³???ˆ?’?¢?????ƒ???…?’ ?ˆ???±?????´?‹?§
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.â€? (QS al-A’r?¢f [7]: 26)

Yang khusus membahas tentang jilbab, bisa disimak firman Allah Swt:

?????§?£?????‘???‡???§ ?§?„?†?‘???¨?????‘?? ?‚???„?’ ?„???£???²?’?ˆ???§?¬???ƒ?? ?ˆ???¨???†???§?????ƒ?? ?ˆ???†???³???§???? ?§?„?’?…???¤?’?…???†?????†?? ?????¯?’?†?????†?? ?¹???„?????’?‡???†?‘?? ?…???†?’ ?¬???„???§?¨?????¨???‡???†?‘?? ?°???„???ƒ?? ?£???¯?’?†???‰ ?£???†?’ ?????¹?’?±?????’?†?? ?????„???§ ?????¤?’?°?????’?†?? ?ˆ???ƒ???§?†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?????????ˆ?±?‹?§ ?±???­?????…?‹?§
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.â€? (QS al-Ahzab [33]: 59)

Dan biasanya, muslimah yang udah berjilbab akan mampu mengendalikan dirinya. Ya, sesuai dengan persepsi orang tentang jilbab: “tahu� agama dan tidak norak. Jadi, ketika berjilbab, seorang muslimah itu “dipaksa� untuk mengatur perilakunya: menundukan pandangan dan tidak jelalatan, mempertegas suaranya sehingga tidak disalah-artikan lawan jenisnya, mengatur langkahnya, mengatur parfumnya, dan menyeleksi teman gaulnya. Bahkan ia pun terdorong untuk lebih memahami Islam. Malah bukan tak mungkin akan menjadi labuhan pertanyaan teman-temannya. Bahkan orang yang berjilbab, kalo jalan di hadapan anak cowok, yang dilewati merasa segen dan nggak berani ngegodain. Tapi kalo remaja putri yang berdandan menor, wah, para lelaki langsung berkicau ngegodain, “Sorangan wae Neng!�

Memang, ada kasus wanita berjilbab tetap okem; ngegosip, urakan dsb. Kita harus teliti dulu, jangan-jangan doi cuma pake kerudung doang alias belum berjilbab. Sebab, yang namanya jilbab adalah pakaian luar (jubah) yang tebal, longgar, panjang sampai hampir menyentuh tanah, tentunya plus khim?¢r (kerudung)nya dong. Itu busana muslimah.

Tapi terlepas dari itu semua, kalau pun ada, itu kan hanya kasus. Juga, bukan berarti ia harus mencopot jilbabnya. Sebaliknya ia kudu memperbaiki perilakunya. Agar sesuai dengan pesan Allah Swt. dan persepsi orang tentang jilbab. Jadi, katakan dengan Jilbab!

(Buletin Studia – Edisi 062/Tahun 2)

Playboy – Korban Salah Gaul

Playboy, apaan tuh? Eh. masa kamu belum tahu playboy, sih? Waduh, mesti hati-hati itu, jangan-jangan teman cowok kamu juga masuk tipe manusia cap kelinci ini? Atau malah kamu yang cowok termasuk dalam daftar sebutan itu? Ih, amit-amit deh, meskipun imut-imut!

Lha, emangnya kenapa? Playboy itu saudara-saudara, adalah istilah buat para lelaki yang suka ngelaba and hobinya mengoleksi benyak wanita, untuk dijadikan pemuas nafsunya, thok. Boleh dibilang para aktivis playboy mi tak bisa netep di satu hati. Mesti pindah-pindah. Beda banget dengan yang digembar-gemborkan KLA Project,? Tak bisa ke lain hati…’ Jadi, ibarat kumbang lah, habis bunga yang satu layu dihisap madunya, dia bakal nyari bunga yang lain. Pokoknya, habis manis sepah dibuang!

Saal penampilan? Jelas dong, kalo yang punya tampang kartu mati atau klimis alias kliatan miskin, jarang yang berani macem-macem. Rata-rata, yang punya tampang Oke seperti yang dimiliki Brad Pitt, Leonardo Di Caprio, Sylvester Stalone, Antonio Banderas, atau Pierce ‘007″ Brosnan dan macam-macam itulah yang banyak jadi playboy. Wajar dong, soalnya tampang mereka memang layak jual, sementara imannya ternyata blong. Jadinya, cooocok!

Nah, kamu sudah tahu kan sekarang? Pasti dong. Soalnya walau bagaimana pun juga kamu bukan tipe orang macam Forest Gump (he… he.. sori).

Tahu Don Juan dan Cassanova? Yes, beliau-beliau itu adalah pentolan para playboy kelas kakap. Malah gokilnya Don Juan punya semboyan, Aku lihat, aku dapat, aku sikat den… aku minggatl” Gilee beneeer.

Warren Beaty, pemeran Dick Tracy yang main bareng sama Madonna juga termasuk yang suka ‘ngerjain” wanita. Sebagaa contoh selebornya Beaty adalah, dia enak-enakan kencan bareng lawan mainnya (Madonna) saat syuting film itu, padahal istrinya juga ikutan nimbrung di film itu. Ck.ck..ck… sableng juga tuh ‘bocah.’

Jadi Playboy, Kebanggaan Anak Cowok?
Punya wajah kece dan bebas jerawat, ditambah postur tubuh yang menjanjikan, paling nggak, boleh dibilang kembarannya David Beckham atau David Ginola, atau juga sedikit mirip Jhonny Depp aktor keren yang namanya tendongkrak lewat film Don Juan De Marco di tahun 1995, hati-hati, jangan sampe membuat kamu gelap mata karena terlalu PD. Mentang-mentang punya pesona, lalu mengobralnya pada setiap wanita dan sok romantis, kelakuanmu itu bisa bikin berabe brurl Kamu bakalan dapat semburan sumpah serapah dari cewek-cewek yang kamu kerjain.

Tokoh James Bond, sejak filmnya yang pertama, Dr. No, sampai sekuelnya yang ke 19, The World is Not Enough, Bond selalu dikerubungi cewek-cewek cantik dan seksi. Tentu saja, tokoh rekaan Ian Fleming, seorang mantan perwira angkatan laut Inggris ini tak membiarkan begitu saja kesempatan emas yang terbuka di depan matanya. Mana ada sih kucing yang membiarkan ikan? Apalagi ikannya yang nyamperin. Walhasil, Bond juga ternyata ‘teladan’ playboy never dies!

Gimana nggak, tokoh-tokoh James Bond itu ganteng dan keren, itu dibuktikan oleh Roger Moore, Sean Connery, Timothy Dalton (di masa mudanya saat memerankan agen rahasia lnggris, Mi-5 itu) atau Pierce Brosnan, sehingga membuat pare cewek kolaps, lalu tergila-gila dan selalu ingin dekat dengan dirinya. Nah, bagi kamu yang mirip-mirip mereka., harus hati-hati, jangan sampe kamu menapak tilasi mereka dalam soal mempermainkan wanita.

Lho, kan enak bisa dikerubungi wanita-wanita cantik? Iya, enak di kamu nggak enak di wanita! Coba saja kamu pikirkan, secara perasaan saja, seandainya kamu jadi wanita, bila kekasihmu sering gonta-ganti gacoan, misalnya saja, kemarin Si Meta, hari ini kamu, eh, besoknya Si Rina. Kamu sakit hati nggak, sementara segala milikmu telah direnggut habis —karena terlalu percaya dengan omongannya yang manis tapi beracun— dan sang ‘Casanova” pergi entah kemana (tak mustahil, dia lagi enak-enakan kencan dengan yang lain). Nah lho, merana deh.

Lagi pula, alasan aneh bin ajaib yang sering dilontarkan para pelaku aktif ngelaba adalah nyari variasi, katanya. Urusan nyari gacoan dan gonta-ganti pasangan, rupanya telah menjadi trade mark anak cowok, meskipun anak cewek yang begitu juga nggak eedikit. Secara psikologi, memang itu sangat berpengaruh terhadap rasa PD-nya. Bukan apa-apa, semakin banyak cewek digaet, semakin laku di pasaran (ciee…). Persis minyak goreng saat krisis moneter, tanpa promosi pun ia akan dikejar den dicari. Celakanya, bagi sebagian cowok, jadi playboy memang dambaan hidupnya.

Hal ini jelas mendongkrak full harga diri cowok, celakanya justeru karena terlalu PD, akhirnya lupa daratan. Keenakan jadinya, dan yang tadinya cuma iseng, sekarang jadi nyandu. Namun ingat wahai para cowok, kalo aset ‘nasionalmu’ sudah melempem, kamu akan segera dilupakan orang. Persis seperti Marlon Brando, yang memerankan Stanley Kowalski dalam film A Streetcar Named Desire (1951). Saat muda dipuja (tapi sekaligus dicaci) banyak wanita, dan ketika tuanya, ia dilupakan orang begitu saja.

Alasan lain yang sering dipakai oleh para aktivis ngelaba alias playboy adalah sebagai balas dendam, karena ia merasa ditipeng dan dikerjain habis-habisan sama pasangannya. Seperti yang dilakukan Sylvester ‘Copland” Stallone yang mendadak menjadi trengginas setelah diperas abis-abisan oleh mantan istrinya yang kemudian menjadi lesbian, Brigitte Nielsen, Sly kerap rnenyakiti hati wanita. Setiap pacarnya selalu dihamili untuk kemudian dicampakkan begitu saja. Bak kumbang, ia pindah dari satu bunga ke bunga yang lain, tentu setelah madunya dikuras habis.

Agar Tak Jadi Playboy
Di masa Rasulullah, ada seorang pemuda yang penampilannya oke punya; wajahnya kece, anak bangsawan, jujur, cerdas, dan sholeh. Siapa dia? Mushab bin Umair. Ya, Mushab, yang telah membuat gadis-gadis Makkah selalu menantikan kehadirannya. Mushab memang idaman. Tapi, apakah Mushab memanfaatkan kelebihannya itu untuk mempermainkan wanita? No way! Boro-boro jadi playboy, punya semangatnya saja tidak. Malah Mushab tak mempedulikan mereka sedikitpun.

Beliau selalu menundukkan pandangannya, bukan berarti beliau nggak normal, tapi karena beliau lebih malu dan takut kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga beliau tak pernah mengobral pesonanya sembarangan. Ya, memang bertentangan banget sama kelakuannya bintang The Platoon—Charlie Sheen— ganteng tapi sekaligus predator wanita-wanita cantik!

Nah, kalo kamu memang punya tampang keren dan beken (bekas kenek? Bukan, brur! Ya, populer, gitulah), jangan merasa kamu berada di atas awang-awang, lalu memanfaatkan kegantengan face-mu dan seluruh penampilan tubuhmu untuk menjerat banyak wanita sebagai pemuas nafsumu. Atau memanfaatkan potensi tubuhmu untuk mendongkrak popularitas dan karirmu, seperti apa yang pernah dilakukan oleh Antonio Banderas yang tenar karena ketebelece Madonna. Ceritanya, pada tahun 1991, Madonna mengajaknya dan memberi referensi sebagai cowok paling seksi dalam film dokumenter yang kontroversial tentang dirinya, In Bed With Madonna. Setelah itu, nama Antonio melambung dan jadi buah bibir di jagat Hollywood. Lama-lama bocah Spanyol ini mulai bertingkah, itu dibuktikannya dengan memburu Melanie Griffith dan meninggalkan istrinya, Ana Leza. Dasar Playboy!

Lalu gimana dengan sang wanita? “Kasihan wanita!” begitu kira-kira orang menilai tentang wanita korban para playboy. Betul memang, para cowok seharusnya menjaga dan melindungi wanita, karena kelemahannya itu. Tapi jangan salah, menurut John Gray, Ph.D., seorang psikolog di Amerika, beliau mengatakan bahwa antara taki-laki dan wanita itu memang berbeda. Ibaratnya mereka datang dan planet yang berlainan. Laki-laki dari Mars dan wanita dan Venus. Laki-laki sifatnya agresif, sementara wanita cenderung nrimo. Barangkali karena sifat ini pula, para cowok (yang punya semangat ngelaba) cenderung mendikte dan mempermainkan wanita.

Dan dengan menyadari perbedaan itu, semestinya kaum cowok lebih arif dalam memperlakukan wanita. Meski menurut Erich Fromm, pengarang kitab Escape From Freedom yang ditulis dibawah bayang-bayang kekuasaan Hitler, memberikan pernyataan bahwa manusia itu makhluk sosial sehingga mau tidak mau ia akan membutuhkan teman untuk hidup, teman untuk bicara dan sebagainya. Namun, meski demikian, manusia tak bisa dibiarkan bebas menentukan aturan sendiri.

Ini barangkali bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi jamaah cowok. Dalam ajanan Islam itu ada aturannya, brur. Termasuk untuk urusan gaul. Jangan mentang-mentang demi gaul, lalu kita bebas melakukan apa saja terhadap lawan gaul kita. Lebih-lebih sampai ngelaba segala. Nggak baik. Selain merusak kerja sama antara laki dan wanita, juga telah merusak tatanan sosial. Catet, itu!

Jadi, agar kamu (khusus cowok) nggak terjerembab masuk ke dalam jamaah para playboy, maka wajib tahu aturan main dalam gaul dengsn lawan jenis, karena memang awalnya dari sini. Kemudian, lambat laun mulai mengertilah perasaan wanita. Meski secara psikologi wanita itu memang cenderung ingin memamerkan apa yang dimilikinya —persis seperti burung merak yang doyan memamerkan bulu indahnya— ditambah dengan sifatnya yang mudah tersentuh (dan disentuh tentunya), tapi para cowok jangan bereksperimen mempermainkan mereka. Kasihanl

Kendalikan Nafsumu!
Aryton Senna, sang pembalap formula 1, karena ngotot nginjek pedal gas terus-terusan dan lupa nginjek rem (dan memang ajalnya sudah tiba), akhirnya tak kuasa mengendalikan mabilnya yang melaju dengan kecepatan 350 km/jam, lalu membentur dinding pembatas di sirkuit Imola, dan akhirnya tewas.

Barangkali, itulah gsmbaran orang yang tak kussa mengendalikan hawa nafsunya. Karena terlanjur memanjakan nafsu, skhirnya nafsu itu sendiri yang membinasakan dirinya.

Berarti hanus mematikan nafsu? Nggak sekejam itu, brur! Nafsu tak bisa dimatikan, tapi bukan benarti nggak bisa dikendalikan. Ya, sepanjang kita masih hidup, nafsu akan senantiasa hadir dalam diri kita, mengalir dalam energi kehidupan kita. Dan tentunya kita harus pandai menyalurkan kepada yang benar dan baik. ltulah namanya mengendalikan.

Kemudian bagi kamu-kamu yang terlanjur jadi “murid” Don Juan dan Casanova, jangan merasa aman-aman saja dengan kelakuan burukmu. Potensi dirimu ada batasnya, terus perbuatanmu juga akan dimintai pertanggungjawaban. Allah berfirman, “…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai? pertanggungjawaban”. (OS. Al lsra’: 36).

Nah, bagi yang belum terjun (dan jangan caba-coba tenjun) jadi playboy, ada baiknya menyimak firman Allah, “KatakanIah kepada orang Iaki-Iaki yang beriman supaya menundukkan sebagian pandangan mereka”. (QS. An Nur:30).

Jadi, ini vonis buat para cowok agar jangan ngecengin anak cewek, apalagi sampai ngelaba segala.Lalu, mungkin ada yang bertanya, “Kenapa para playboy malah semakin banyak, padahal aturannya sudah ada?”
lnilah salah satu produk ideologi kapitalisme yang telah membuat masyarakat kita berantakan. Salah satu yang didakwahkan para pengemban ideologi ini adalah paham permisivisme alias kebebassn yang kelewat batas. Terutama dalam hubungan antara laki-laki dan wanita. Makin permisive-nya kaum muslimin, maka semakin longgarlah nilai-nilai keislaman yang selama ini mengikatnya.

Justru ketika nilai-nilai ketakwaan individunya melorot, kemudian kontrol masyarakatnya melemah dan penerapan aturan dan sanksi oleh negara mandul, saat itu pula Iah kits dengsn mudah dihancurkan. Yin, buktinya sekarang mi.

Jadi, pendek kata, mulai saint in selain kamu kudu sadsr, kamu jugs wsjib mempelajani Islam sampai sempurna, agar kamu tak Iagi membiarkan nafsumu liar begitu asia. Makanya, jangan iseng, nanti malsh kecanduan, Iagi.
Yakinlah, bshwa kits bisa mengubah din kits, hanya soal waktu dan kesadaran.

Bagaimana?

Sumber: gaulislam. April 11th, 2007

 
Copyright © Historia Vitae Magistra. Design by Templateezy