Mahmoud Ahmadinejad : Menantang Dunia dengan Nuklir

Lahir              : Aradan, Iran, 28 Oktober 1956
Jabatan          : Presiden Iran (2005 – Sekarang)

Iskandar The Great pernah berkata, “Sekiranya aku memiliki bala tentara yang memiliki ego, kesabaran, dan keteguhan seperti yang dimiliki bangsa Iran, pasti aku akan bisa menundukkan seluruh dunia”

Dan dunia sekarang mengenal salah satu dari “bala tentara” itu. Dialah Mahmoud Ahmadinejad. Ia adalah satu dari sekian banyak presiden yang punya nyali menentang keangkuhan Geroge Walker Bush. Ia tidak gentar terhadap tekanan AS agar menghentikan program nuklirnya. Bahkan Ahmadinejad menyatakan dengan berani bahwa program nuklirnya bertujuan damai dan untuk memenuhi kebutuhan listrik negeri republic Islam tersebut.


Ahmadinejad pun juga berani menggertak Israel agar menyingkir dari wilayah Timur Tengah. Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan dihadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel “dihapus dari peta dunia” memicu kontroversi. Gertakan penguasa Iran tersebut tentu saja membuat gerah AS dan Negara-negara Eropa Barat pro-Israel. Yang tak kalah heboh adalah gugatannya mengenai sejarah kelam pembantaian Nazi Jerman terhadap etnik Yahudi menjelang Perang Dunia II.

Bukanlah suatu kebetulan jika Ahmadinejad menyandang beberapa hal yang kontradiksi. Ia adalah seorang dosen yang bergelar doctor. Namun ia juga seorang konservatif yang fanatik dan terdidik dibawah bimbingan Imam Khomeini. Ia memadukan nilai-nilai klasik dan kontemporer. Ia menggabungkan keluwesan yang telah menjadi cirri khas diplomator Iran sepanjang sejarah. Namun, pada waktu yang sama ia tampak sebagai kepribadian yang sangat tegas dank eras, khususnya pada urusan yang berhubungan dengan idiologi, kehormatan, atau apa yang disebut dengan “Ego Iran”. Dalam dirinya tertanam nilai-nilai peradaban yang telah ada sejak 5.000 tahun dan kebesaran bangsa yang jarang ada tandingannya.

Ahmadinejad merupakan Presiden Iran pertama yang berasal dari keluarga miskin pedesaan dan tidak memiliki hubungan dengan tokoh agama. Ia berasal dari luar kalangan ulama sejak 24 tahun berdirinya republic ini. Sebagai anak seorang pandai besi, ia mewujud dalam pandangan rakyat Iran sebagai “putra sejati bangsa” yang jauh dari seragam seorang aristocrat. Dalam Pemilu Juni 2005, Ahmadinejad mengantongi 17.248.782 suara – 61,69 persen dari total pemilih. Sementara, lawannya Rafsanjani mendapat 10.043.489 suara atau 35,92 persen.

Ahmadinejad dilahirkan 28 Oktober 1956 dalam keluarga yang taat beragama di desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, 100 km dari Teheran. Ia adalah putra seorang pandai (tukang tempa) besi. Keluarganya pindah ke Teheran saat dia berusia satu tahun. Ia menimba ilmu pada tingkat dasar di sekolah agama di Teheran. Kemudian ia melanjutkan ke perguruan tinggi pada jurusan teknik di Universitas Sins dan Teknologi Iran (IUST) di Teheran. Ia memilih jurusan dalam bidang teknik bangunan dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Hal ini mendorong dirinya untuk melanjutkan pada jenjang S2 di universitas yang sama, hingga dapat menyelesaikannya dan meraih gelas doctor dalam bidang teknik bangunan. Ia kemudian menjadi salah satu dosen di universitas tersebut.

Aktivitas politiknya dimulai dengan bergabung dalam aksi revolusi ketika masih belajar di perguruan tinggi. Ia pernah bergabung dalam Persatuan Insinyur Muslim (Islamic Society of Engineers) juga menjadi salah satu anggota ketua perwakilan Universitas Sains dan Teknologi (IUST) untuk perkumpulan mahasiswa. Ahmadinejad pernah bergabung dalam Garda Revolusi Islam Iran dan ikut dalam barisan mereka pada saat perang Irak-Iran. Dia berhasil mendapatkan gelar fida’I (Janibaz) dan menjadi anggota perkumpulan fida’I revolusi (Janibazan). Kemudian Musthafa Muin, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Tertinggi dalam Kabinet Rafsanjani memilihnya menjadi penasihat pribadi. Karier politiknya terus meningkat ketika Presiden Hashemi Rafsanjani menunjuknya sebagai bupati di kota Ardabil, Provinsi Azerbaijan Timur. Dia terus menjabat sebagai bupati kota tersebut sampai pemilihan anggota dewan pada pemilu terakhir, ketika anggota radikal mendominasi perolehan suara. Setelah itu Dewan Islam wilayah Teheran memilih dirinya sebagai gubernur Teheran.

Sejak menjabat sebagai gubernur Teheran pada akhir tahun 90-an, Ahmadinejad memfokuskan agenda utamanya dengan bertolak pada ajaran dan pemikiran Imam Khomeini. Ia mewajibkan seluruh wanita Iran untuk berbusana muslim di tempat-tempat umum, memastikan adanya pemisahan antara perempuan dan laki-laki disarana transportasi umum, lift, atau di kantor-kantor pemerintahan. Tayangan iklan yang menyelipkan pesan-pesan tak bermoral juga dilarang.

Ahmadinejad mulai membangun basis massanya ketika menjadi Walikota Teheran dengan merekrut sejumlah tenaga muda di tata laksana pemerintahannya dan sukses mengatasi kemacetan lalulintas dikota yang dihuni 8 juta penduduk Iran. Ia juga mengeluarkan kebijakkan member pinjaman tanpa bunga kepada pasangan suami istri yang baru menikah.

Tak ada kamus menyerah dalam benak Mahmoud Ahmadinejad. Setelah DK PBB resmi menjatuhkan Resolusi Nomor 1747, Presiden Iran itu malah menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan program nuklir ke fase lebih tinggi. Sehari setelah mengumumkan program nuklirnya siap memproduksi bahan bakar nuklir skala industry, Ahmadinejad, menyatakan siap memasang 50.000 mesin sentrifugal. Selain itu, Iran juga bertekad membangun dua reactor nuklir baru. Rencananya, dua reactor baru itu digunakan sebagai pembangkit energi listrik. AS memang patut merasa gerah. Departemen Luar Negeri Jerman dalam pernyataannya mengatakan, ‘Sepertinya, Iran benar-benar salah langkah.”
Sumber :

1. Munif, Achmad: 2007. 50 tokoh politik legendaris dunia. Penerbit Narasi. Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Historia Vitae Magistra. Design by Templateezy