Asoka (273 - 232 SM)

Dengan sepintas lalu kita telah melihat, bahwa Asoka berhasil menaiki tahta kerajaan Maghada dengan jalan mempergunakan kekerasan. Segera ia mengadakan usaha untuk meluaskan kerajaannya.
Vincent Smith, seorang ahli sejarah Inggris, melukiskan pemerintahan Ashoka itu sebagai berikut "he had an iron hand and a velvet glove (ia mempunyai tangan besi, tetapi sarung tangannya dari beludru)". Pemerintahan raja ini dapat dibagi dalam dua zaman dan batas antara kedua zaman ini ditentukan oleh peperangan melawan kerajaan kalingga:
1. Pemerintahan raja Ashoka di muka perang Kalingga itu merupakan seorang diktator yang tidak mengenal kasih sayang dan keadilan. Musafir Tionghoa , Sjun Tajang, yang datang di india sembilan abad kemudian, menceritakan bahwa penjara yang dipakai dalam zaman Ashoka masih di gelar orang di Patafiputra "Neraka Raja Ashoka".

Salah satu cerita mengatakan, bahwa pada suatu ketika seorang alim Buddha telah ditangkapa dan dimasukkan ke dalam penjara. Masih banyak lagi contoh melukiskan ketidak-adilan pemerintah Ashoka di masa itu. Kekejaman dan kezalimannya itu hendak ditebusnya. Dasar agama buddha yang terutama yaitu Ahimsa (tidak boleh membunuh atau membinasakan makhluk hidup), di jalankannya dengan sungguh-sungguh.

2. Perbuatan Ashoka ini mempunyai suatu akibat yang besar. Pusat agama Buddha di Sailan pada Zaman dahulu ialah Amuuradhapura, yang sekarang hanya tinggal bekas reruntuhannya saja. Politik kekerasan Ashoka digantinya dengan Dharmavyaya, yaitu mengembangkan negara dengan Dharma (peraturan-peraturan agama). Suatu sifat raja Ashoka yang patut dipuji ialah kesabarannya, yang jarang kita jumpai pada seorang yang fanatik dalam agama.

 
Copyright © Historia Vitae Magistra. Design by Templateezy