Ayat Perang dalam Alquran dan Injil, Mana yang Mengerikan? (2)

Ayat Perang dalam Alquran dan Injil, Mana yang Mengerikan? (2)
Profesor Philip Jenkins saat dialog di Televisi Al Jazeera.
 
Berlandas pemaknaan distortif terhadap ayat yang bicara soal perang, kaum atheis selalu mengkampanyekan bahwa agama adalah pemicu perang. Pekan lalu televisi Al Jazeera membahas tema tersebut. Berikut bagian kedua dari tiga tulisan yang menyimpulkannya untuk rubrik Islam Digest di Republika Online.
-------------

Pembandingan ayat-ayat perang ini menjadi topik dialog sangat hangat dalam program Riz Khan di stasiun televisi Al Jazeera 26 Maret 2010. Dialog ini menghadirkan seorang guru besar sejarah dan agama di Penn State University Amerika Serikat (AS), Philip Jenkins, dan mantan sekjen Komunitas Muslim Amerika, yang juga imam Dar Al Hijrah Islamic Center, Shaker Al Sayed.

Profesor Jenkin sebelumnya telah membuat studi yang membandingkan ayat-ayat soal perang dalam Alquran dan Injil. Salah satu temuan penting yang diungkapkan Jenkin dari studinya itu menyebutkan bahwa ayat-ayat perang dalam Injil juga sangat keras.


Dalam dialog tersebut dia menyebutkan bahwa dalam Injil juga diungkapkan adanya istilah Herem. Menurut dia, konsep ini lebih mengerikan dari sekadar perang. Herem, kata dia, bisa diartikan sebagai pemusnahan massal yang harus dilakukan terhadap wilayah yang berhasil diduduki. "Yang harus dimusnahkan adalah seluruh kaum pria, wanita, anak-anak, bahkan binatang," ungkap Jenkins. Kata Herem ini, sambung dia, termuat dalam banyak halaman Injil seperti Injil Joshua.

Selama ini, Jenkins memandang bahwa ayat tersebut banyak dijadikan justifikasi oleh umat Kristen maupun Yahudi untuk melegalkan peperangan. Penjajahan Eropa terhadap bangsa-bangsa di Afrika dan Asia, tutur dia, berjalan dengan legitimasi ayat-ayat tersebut.

Dalam pengamatannya, saat ini ayat-ayat berdarah dalam Injil itu tidak lagi terlampau banyak disalahpahami. Menurut dia, Kristen maupun Yahudi mulai lebih dewasa dalam menerjemahkan ayat tersebut. Penekanan Jenkins soal kondisi umat Kristen dan Yahudi saat ini bisa kembali membuka perdebatan jika dikaitkan dengan situasi yang masih terjadi di Irak, Afghanistan, juga Palestina.

Lebih lanjut Jenkins menyadari bahwa kajiannya ini bisa memicu pandangan bahwa dirinya hendak membangkitkan kembali konflik Islam-Kristen dalam perang salib. Namun dalam dialog tersebut dia menekankan bahwa studinya dijalankan dalam konteks menyeru umat beragama untuk belajar dari sejarah. "Jadi lewat studi ini saya ingin berbicara dalam konteks kebenaran dan rekonsiliasi," tutur dia.

Lebih jauh dari ini, dia juga menyeru kepada seluruh umat beragama untuk meletakkan setiap ayat yang dibacanya ke dalam konteks yang benar. Jenkins mengingatkan semua pihak untuk tidak mempolitisasi ayat-ayat dalam Kitab Suci untuk kepentingan yang sifatnya sangat pribadi.

sumber : republikan.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Historia Vitae Magistra. Design by Templateezy